• By Admin
  • March 18, 2025

Emang Kenapa Kalo Kita Percaya Dukun?

Santet telah menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat kita. Praktik yang dipercaya sebagai ilmu hitam ini digunakan untuk mendatangkan malapetaka, penyakit, atau bahkan kematian pada orang lain. Cara-cara yang dipakai, konon, tidak tampak secara fisik, seperti menggunakan benda-benda tertentu, mantra, atau energi supranatural. 

 

Sebagian orang masih meyakini keberadaan santet, sebagian yang lain menganggapnya sebagai mitos atau legenda. Salah satu sosok yang kontra dengan narasi tersebut ialah Ferry Irwandi. Namanya belakangan viral lantaran ia terang-terangan menantang para dukun untuk mengirimkan santet kepadanya untuk membuktikan soal kebenaraan praktik ilmu hitam ini. Ferry bahkan sampai membuat live streaming sendiri di kanal YouTube-nya.

 

Sampai siaran itu selesai, tak ada hal apapun yang terjadi pada Ferry. Padahal, iming-iming jika ada yang bisa menyantet dirinya menggiurkan, yakni sebuah mobil Alphard. Apakah Ferry Irwandi sakti? Atau dukun-dukun yang mengikuti tantangan tersebut cupu? Atau jangan-jangan santet sendiri yang sebetulnya nggak ada?

 

Santet dari Sisi Medis

 

Dalam siaran YouTube-nya, Ferry Irwandi menyatakan kalau dirinya tak memiliki pegangan atau kesaktian yang membuat dirinya kebal santet. Dengan keberhasilannya terbebas dari serangan santet, ia justru mengatakan bahwa santet itu nggak ada, bualan, akal-akalan oknum-oknum tak bertanggung jawab saja.

 

Dalam ilmu kedokteran, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH mengatakan tak ada istilah santet dalam dunia medis. Jika pasien datang dengan keluhan terdapat benda asing dalam tubuh, kendati misalnya kondisi tersebut dianggap ulah santet, seorang dokter dan tenaga medis akan menanganinya secara medis. Yakni melalui pemeriksaan fisik dan penunjang sebelum mendiagnosanya.

 

“Memang pernah ada kasus tubuh anak yang penuh jarum-jarum, paku, segala macam. Apa itu kena santet atau hal lain, dokter nggak bisa begitu berpikirnya karena itu bisa macam-macam penyebabnya," ujar Prof. Ari.

 

Menurutnya, saat ini masih banyak masyarakat yang salah kaprah terhadap suatu penyakit. Contoh paling mudah misalnya muntah darah. Kondisi ini kerap kali dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis, padahal dari segi medis terdapat sejumlah indikasi yang menyebabkan seseorang mengalami muntah darah atau hematemesis

 

Muntah darah biasanya merupakan hasil cedera, penyakit tertentu, atau penggunaan obat. Dalam kondisi ringan, muntah darah dapat disebabkan oleh iritasi kerongkongan, mimisan, sobek di kerongkongan karena batuk kronis, hingga menelan benda asing.

 

Prof. Ari menyebutkan bahwa ada beberapa kasus gangguan yang nggak bisa didiagnosis singkat oleh medis atau butuh pemeriksaan lebih lanjut. Kendati demikian, gangguan tersebut nggak tepat juga kalau dianggap santet yang menjadi penyebabnya.

 

Pentingnya Berpikir Saintifik

Dalam kontennya, Ferry Irwandi terkesan angkuh ingin membuktikan bahwa dukun dan praktik ilmu hitamnya adalah tipuan belaka. Motifnya mirip dengan upaya Dzawin Nur di konten YouTube-nya yang hendak membuktikan kalau setan itu nggak ada. Serupa pula dengan pesulap merah yang berulangkali menantang orang-orang (yang mendaku diri) sakti untuk duel. Kita sama-sama tahu, mereka semua berhasil membuktikan perkataannya.

 

Ada misi baik yang dibawa Ferry dalam kontennya yang bertajuk “Membongkar kebohongan Santet & Indigo”. Ferry hendak menyelamatkan masyarakat dari kerugian-kerugian jika mereka percaya pada dukun/orang pintar dan jasa yang dibawa. Sebetulnya kamu bisa dengan mudah melakukan studi kasus hanya dengan mengetikkan kata kunci “korban dukun” di kolom pencarian Google.

 

Jika lebih spesifik lagi dengan menambahkan kata kunci “cabul”, kamu akan menemui sekian kasus bagaiamana dukun memperdaya pasiennya dengan melakukan tidak pencabulan. Praktik dukun juga kerap jadi lahan praktik penipuan. Salah satunya dengan modus pengganda uang. Pada Mei 2023 di Banjarnegara, terjadi serial killer. Sebanyak 12 orang jadi korban pembunuhan Dukun Slamet. Motif mereka pergi menemui dukun karena percaya sang dukun bisa menggandakan uang. 

 

Kepercayaan orang pada dukun juga sampai pada hal-hal yang terkait dengan pengobatan. Pergi ke dukun (atau dengan sebutan lain: orang pintar) untuk menyembuhkan penyakit. Tak sedikit kemudian mengalami kerugian-kerugian seperti ditipu, jadi korban malpraktik, hingga harus kehilangan nyawa.

 

Kerugian-kerugian tersebut nggak akan terjadi jika mereka berpikir logis. Misal kasus ingin kaya dengan pergi ke dukun, pikiran logisnya bisa “kalau dukun bisa menggandakan uang, kenapa ia capek-capek buka praktik?”. Atau ketika ingin berobat ke dukun, mestinya kita berpikir “tahu dari mana dia soal penyakit, sementara sekolah medis aja tidak?”. Dan seterusnya.

 

 

Logika Mistika, Penyakit Akut Bangsa Ini?

 

Keberadaan dukun dan sejenisnya nggak terlepas dari kenyataan bahwa masyarakat kita masih bertahan dengan “logika mistika”. Cara berpikir yang nggak berbasis pada hal konkret atau hal-hal yang bisa dipertanggungjawabkan secara rasional. Logika mistika mendorong kita untuk menghubungkan fenomena yang nggak bisa dijelaskan oleh sains atau akal sehat dengan pola-pola pemikiran yang abstrak–sering kali berkaitan dengan spiritualitas, kekuatan gaib, atau hal lain di alam semesta yang nggak tampak oleh indera manusia.

Contoh sederhana masyarakat kita (atau kamu, bisa juga aku) berpikir dengan logika mistika ialah ketika ada kecelakaan kecil terjadi di sebuah daerah. Ada sebagian dari otak kita yang mengarahkan untuk berpikir kecelakaan itu akibat dari gangguan gaib. Di tempat itu ada penunggunya, dia lagi minta tumbal, dan lain sebagainya. 

 

Padahal jika kita mau menggunakan nalar rasional barangkali kita bisa menemukan jawaban yang lebih konkret. Kecelakaan tersebut bisa saja dari sopirnya yang lelah atau ada masalah di kendaraan yang ditumpangi, atau struktur jalannya yang rusak, belokannya yang curam, dan seterusnya.

 

Berpikir dengan logika mistika nggak sepenuhnya keliru, sebab memang ada beberapa hal dalam hidup ini yang belum ketemu jawabannya–entah itu karena memang belum ada jawabannya, atau jawabannya sudah ada tapi kita yang malas mencari. Yang fatal ialah kita mengedepankan logika mistika dalam mengambil keputusan. Atau dengan istilah yang lebih sederhana kita memilih untuk percaya pada hal nggak logis padahal hal-hal tersebut sudah ada jawaban logisnya.

 

Logika Mistika sendiri dipopulerkan oleh Tan Malaka dalam buku Madilog. Tan mengatakan kalau bangsa ini susah maju jika masyarakatnya mengedepankan cara berpikir logika mistika alih-alih rasional. Nah, kita kan sedang menuju cita-cita Indonesia Emas 2045 nih. Kira-kira pemikiran dukun apa Tan Malaka yang bakal membawa kita menuju ke sana?